Order and Chaos - Part II

Written by Andy Zheng on Friday, January 26, 2007 at 5:26 AM

The Dynamic Turbulence

Semua yang ada dunia ini tersusun dan membentuk sebuah lingkaran yang berputar , lingkaran ini yang kemudian dikenal dengan nama hidup, pada dasarnya hidup eksis dalam semua sel dan atom , walaupun benda terstatis sekalipun, pada atom-atom statis yang tidak mempunyai sedikit pun hembusan dan nafas akan hidup. Setiap perputaran , dan percikan-percikan api gairah diantara dinding-dinding membran dunia, merangsang kedinamisan sang dinamis untuk membentuk ketidak-tetapan yang kemudian akan mengilhami semesta. Dimana kedinamisan berada, di situlah hidup ada dan bersemayam.

Perputaran siklik yang terus membentuk dan mengurai, berputar membentuk fenomena turbolensi seakan ular kembar siam yang ingin saling melenyapkan sisi lain pada dirinya, berputar, dan saling mengisi celah kosong yang ditinggalkan oleh sisinya yang lain. Perputaran inilah yang kemudian diolah kembali oleh para ahli, yang dianggap tidak lebih dari orang iseng atau gila yang teralalu bermimpi, dan mendasari kehidupan modern pada beberapa dekade lalu hingga saat ini. Setiap dengung kipas, entah itu pesawat yang dapat mencapai kecepatan cahaya, atau hanya sekedar kipas reot untuk menemani kakek-kakek yang menghabiskan waktunya, berpikir bagaimana caranya sesosok prajurit dapat menerobos kepungan dan menghabisi raja, diatas permadani keras berlapis plingkut hitam dan putih, berdasarkan perputaran yang penuh dengan kearogansian chaos dan order yang bersaing untuk saling menguasai, walau hal itu tidak mungkin akan terjadi.


Perputaran siklik “ular kembar siam” modern itu di dasari oleh kehadiran chaos yang perlahan merembes di kala terdapat ketidakstabilan order, seakan ingin merusak tatanan-tatanan order dan menjadikan chaos, superior. Di sisi lain order dengan rapih mereposisi kembali dirinya dengan mengisi hole kosong diantara pergolakan chaos itu sendiri.

Pada generasi-generasi kini, sebelum dan mungkin setelah ini, chaos kemudian dikenal dengan berbagai istilah dari elekron hingga tarian fluks pada sebuah televisi hitam putih tahun 50 an, namun diantara berbagai sebutan itu, negatif muncul menggambarkan chaos, dimana negatif seakan menjadi wadah luas yang menelan berbagai muntahan hujatan dari durhaka, sesat, berhala, hina hingga bajingan. Dan order kemudian dikenal sebagai satu-satunya kekuatan penyeimbang yang mutlak, sama mutlaknya seperti ketika para matematikawan eropa dan mesir kuno, merumuskan 1+1 = 2.

Namun di balik kemutlakan order, lompatan-lompantan quantum abu-abu selalu merekat dan menempel, layaknya lintah yang kegirangan mendapatkan darah yang melimpah-ruah, menanti saat-saat chaos mengambil alih dan menyebabkan perputaran yang kemudian dikenal dengan hidup. Semua hal itu terjadi seakan-akan ingin menyumpahi bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, entah itu sang prima causa atau pun hanya sebuah atom kecil yang melayang menanti berhentinya pergulatan abadi dalam hidup.

About the Blog!

A drama of sorrow and joy that includes separation and reunion. A matter of clarity that is black and white. A place of dreams and illusions that colour life and death. A spirit of nobility that marks the 'Ways of Heroes'.