Once Upon A Time – Part 5

Written by Andy Zheng on Monday, April 2, 2007 at 10:53 PM

.: BABEL :.

Di Dunia Ini, akan segera tampak sesuatu yang ganjil. Kita tidak akan menjumpai rumah di lembah-lembah atau dataran rendah lainnya. Semua orang tinggal di pegunungan.

Suatu ketika di masa silam, ilmuwan menemukan satu kenyataan bahwa waktu berjalan lebih lambat di tempat yang jauh dari pusat bumi. Efeknya memang sangat kecil, tetapi bisa diukur dengan alat-alat yang sangat sensitif. Ketika fenomena ini diketahui, sejumlah orang yang ingin awet muda berpindah ke gunung-gunung. Kini semua rumah berdiri di atas Bukit barisan, Monte Rosa, Ural, Tibet, dan datarang tinggi lainnya. Adalah mustahil menjual pemukiman di tempat lain.

Beberapa orang tidak puas dengan sekedar berumah di gunung. Untuk mendapatkan efek yang maksimal mereka membangun rumah di atas tiang penyangga. Karena itulah di puncak-puncak gunung di seluruh dunia tampak berdiri rumah-rumah yang dari kejauhan bagai sekawanan heron, spoonbill, Ibis atau flaminggo yang berdansa sambil memperhatikan kaki-kai kurus mereka, takut saling terinjak. Orang-orang yang berhasrat hidup sangat lama, membangun pula rumah di atas tiang penyangga yang sangat tinggi pula. Bahkan, beberapa rumah berdiri setengah mil diatas tiang penyangga dari pancang-pancang tiang Gedung pencakar langit. Ketinggian menjadi status. Ketika seseorang menatap tetangganya yang ada di atas lewat jendela dapur, ia percaya bahwa tetangganya itu tidak menua secepat dirinya, tidak kehilangan rambut hingga akhir, tidak berkeriput, dan tetap memiliki hasrat bermain cinta. Sebaliknya, seseorang yang melongok ke bawah, menganggap penghuninya kehabisan tenaga, lemah, dan pikun. Beberapa orang membual bahwa mereka menjalani seluruh hidupnya di ketinggian, lagir di rumah tertinggi di puncak gunung tertinggi, dan tidak pernah sekalipun turun. Mereka merayakan kemudaan mereka dengan senantiasa menatap cermin dan berjalan telanjang di balkon-balkon.

Kini atau nanti, beberapa urusan penting memaksa orang untuk turun dari rumah. Mereka melakukannya dengan bergegas, biru-buru menuruni tiang seperti pemadam kebakaran yang bergegas pergi menyelamatkan anak manusia, berlari dan bergelayutan serta melompat seperti pria hutan. Mereka berlari sambil setengah menjinjit dan melompat berharap dapat secepatnya menyelesaikan permasalahan mereka dan segera pulang. Mereka tahu setiap langkah ke bawah , waktu akan berjalan lebih cepat dan mereka menjadi cepat tua pula. Sementara itu orang-orang yang tinggal di bawah tidak pernah duduk. Mereka berlari, sembari menjinjing tas kerja atau bahan makanan mereka.

Sejumlah kecil warga di tiap kota tak peduli apakah umur mereka menua lebih cepat beberapa detik dari tetangga mereka. Jiwa-jiwa pemberani ini menuju ke dataran rendah pada hari-hari tertentu, bersantai di bawah pohon, berenang riang di danau yang terletak di ketinggian yang lebih hangat, berguling-guling di tanah, Mereka nyaris tidak pernah melihat jam tangan. Juga tidak peduli apakah sekarang hari kamis atau senin. Ketika orang lain melintasi mereka terburu-buru dan pandangan menghina, mereka hanya tersenyum.

Lambat laun , orang lupa pada alasan mengapa tinggal di tempat yang lebih tinggi adalah lebih baik. Meskipun begitu, mereka tatap betahan hidup di gunung-gunung. Sedapat mungkin menghindari daerah cekungan, mengajari anak-anak mereka agar menjauhi anak-anak yang tinggal di tempat yang lebih rendah, karena yang tinggal di tempat lebih rendah tak lebih baik dari iblis dan setan-setan, atau orang kelas rendah yang tidak mengerti peradaban. Mereka tahan terhadap hawa dingin pengunungan, menikmati ketidaknyamanan itu sebagai bagian dari pendidikan. Mereka bahkan meyakini bahwa udara yang tipis bagus untuk tubuh, dan dengan mengikuti logika itu, mereka menjalani diet yang keras, makan hanya dalam porsi kecil. Akibatnya populasi di ketinggian menjadi setipis udara, keropos, dan menjadi tua sebelum waktunya.

About the Blog!

A drama of sorrow and joy that includes separation and reunion. A matter of clarity that is black and white. A place of dreams and illusions that colour life and death. A spirit of nobility that marks the 'Ways of Heroes'.