Labirin dari Crete*

Written by Andy Zheng on Sunday, May 13, 2007 at 9:44 PM

Wah dah lama ga ngisi blog neh, entah napa hari ini g lagi bad mood,… entahlah….
Btw masih pada inget am kisah tragis g dolo yg ada di

“A drama of sorrow and joy that includes separation and reunion.”

trus waktu itu ada comment yang keren dari tmn g lutfia yang ada lirik lagu can’t buy me love nya…. Nah waktu itu g ngejawabnya juga pake cerita yaitu

“Jawaban relief labirin dari Crete*”

kisah ttg seseorang pemikir, pemimpi, atau pembual yang punya pemikiran berbeda dibandingin am umumnya orang2 yang hidup di labirin crete*

bagi yang lom tau labrin crete itu apa, labirin crete ada lah labirin yang dibangun am arsitek terkenal daedalus di kota crete / kreta (salah satu nama polis/negara bagian di yunani kuno dolo) gunanya untuk ngurung minotaurus, monster dengan kepala banteng.

Tapi labirin di krete ini g ada mintaurusnya, cmn penggambaran /deskripsi kondisi dunia saat ini.

***

Masih di lorong yang sama, masih di labrin yang sama, dan masih menatap dinding berlumut yang sama…. Entah kapan ini dapat berakhir, terkadang kurasakan niat ku untuk punya sayap dan terbang, melayang keluar labirin seperti daedalus dan icarus, tapi entah impian itu dapat tercapai,… 1tahun? 10 tahun?? Atau 100 tahun lagi???...

Keberadaan ku di labrin ini membuat ku muak akan segalanya yang ada. Semua genangan air mata darah, atau jantung berdenyut di pinggiran jalan, termasuk didalamnya relief-relief konyol para pejuang cinta yang telah gugur, dan juga tarian dan nyanyian para pemuja cinta yang plin-plan terbawa arus trend.

Kulangkahkan kaki ku beranjak pergi menapaki jalan-jalan setapak yang lama, jalan setapak yang telah ku lalui selama 21 tahun, kuputari semua daerah yang pernah aku lalui, jalan dimana diri ku jatuh ketika mengayun sepeda pertama, jalan dimana perjalan panjang ku menjadi stalker gadis tetangga ku, jalanan panjang yang kulalui dikala pikiran ku galau…

Ditengah berbagai jalan yang berhamburan menyeruak keluar dari kepala ku, kaki ku terhenti pada persimpangan yang belum pernah ku temui selama ini, antusias ku mulai naik… satu tapak,… sepuluh tapak,… seratus tapak,… awalnya sangat antusias, kemudian menjadi ketakutan, satu per satu keringat digin ku mengalir, entah dari pori-pori yang mana butiran itu keluar dan kemudian merayap di sekujur tubuh ku, mengalir dari mata ku ke sisi bibir ku dan jatuh melalui daguku…
Ketakutan itu tidak membekukan diri ku sebagai simbolisasi jaman, atau patung-patung penghias yang menjadi patokan jalan bagi para buta peta. Ketakutan ku berkurang, beriringan dengan perasaan lama yang kembali merasuk di hati ku… butiran-butiran air mulai lenyap seiring hangatnya tubuh ku, butiran tersebut diserap kembali kulit ku lalu mengalir masuk menelusuri kanal-kanal darah dan masuk ke jantung hati ku, dan kemudian mengkristal dan membekukan hati jantung ku…

Ternyata perjalanan baru ini hanya verakhir dengan cara yang masih sama kunonya dengan berbagai kisah yang lampau…

Benar-benar “man from yesterday…”

Jaman disko yang berjaya dan Madonna menari bagai tante girang…

Semua sama aku tetap berjalan di labirin menatap pemandangan yang berbeda, namun masih dalam kesamaan satu tipe, sama-sama memuakkan, seratus atau mungkin seribuan langkah ku berakhir di labirin yang sama, hanya pada blok yang berbeda…

Kemuakan ini bahkan membuat angan ku lepas terbang tinggi, menggeram, mundur tiga langkah, sambil menggesekkan kaki ke tanah pada setiap langkah, dan meluncur maju menabrak dinding labirin, dan hancur dengan darah bertebaran seperti kanvas yang dipenuhi cipratan tinta beraneka warna lansung dari ember cat sang pelukis tanpa 1 kuas apapun.

About the Blog!

A drama of sorrow and joy that includes separation and reunion. A matter of clarity that is black and white. A place of dreams and illusions that colour life and death. A spirit of nobility that marks the 'Ways of Heroes'.